BIDAK-BIDAK CATUR.

MEREKA BERMAIN SELAYAKNYA bidak-bidak catur. Kapan mereka akan melahap musuh itu tergantung pada teknik memberi penyerangan. Siapapun majulah lebih dulu supaya kau tidak di-skakmat! Setidaknya sebelum jatuh kering.





PAGI lain datang yang sangat indah di gedung percetakan. Mereka bangun lebih awal lagi-lagi tanpa sinar mentari pagi. Hanya ketegangan dan ketenangan menghampiri jiwa.

DOR!! DOR!! DOR!! DOR!!

Kegaduhan merambat ke sisi jalan, senapan melayangkan peluru pada udara yang berubah menjadi asap berbahaya. Ada lagi yang lebih berbahaya yaitu naungan para manusia, mereka diberi perintah, untuk berteriak bagai orang gila, “LEBIH KERAS LAGI!” teriaknya.

Tak peduli jika tenggorokan bisa putus atau kehabisan napas sebab terlalu keras bersuara, para perampok memastikan semua sandera mengikuti perintah yang mereka inginkan. 

Satu, dua orang bahkan lebih dari sekedar kelompok, berteriak sekuat nadi tanpa tahu apa tujuan yang dicari, mereka hanya disuruh lalu menurut jika masih ingin hidup.

Menyita perhatian para polisi yang membangun tenda depan gedung percetakan, sebab bagaimana gaduhnya para sandera berteriak membuat polisi tersebut kebingungan hingga bertanya-tanya, menerka tentang apa yang sedang terjadi di dalam sana. Namun karena ada hal lain yang lebih penting, para polisi terlihat mencoba abai akan kegaduhan itu, lalu mereka memprioritaskan serangan yang ada di bank, terpaksa kembali sibuk mencari keberadaan dalang perampokan ini juga was-was dalam menyelidiki pergerakan yang dilakukan oleh perampokan golongan B.


Semua saluran asap dihubungkan. Loren bersama tim peleburan emas khusus akan melelehkan semua emas warisan negara dari Cadangan Nasional. Pertama kali dengar bisa buat api di dalam air adalah di Biara San Giovanni. Mungkin sebelumnya Loren pikir itu mustahil seperti fakta bahwa ia tak bisa ada di sana untuk mendengarkan kidung-kidung Georgian sebagai perayaan. Tapi saat Loren akhirnya diberi tahu karena memungkinkan berkat gelembung oksigen, ia pikir itu adalah cara indah meledakkan incaran komplotan mereka. Brankas yang tak'kan diperhatikan di antara semua emas batangan. Tapi, ya, Dominic berhasil melakukannya tanpa cacat.

Roger baru saja sampai ke ruangan bawah tanah kawasan penyimpanan emas karena terheran-heran akan apa yang dilakukan Loren sehingga tak buat dia segera kembali ke lantai atas. Memang rupanya ia tengah memantau perkembangan kegiatan tim peleburan emas mereka. Bagaimana mesin disiapkan, lalu siap digunakan setelah selang panjang serta besar sukses tersambung menjadi satu padu.

Ia pun menghampiri tempat di mana Loren berdiri. Roger berjalan perlahan, “Roger, hati-hati.” Ternyata Loren sedari tadi sadar akan kehadirannya. “Jangan terpeleset.” Keadaan ruang bawah tanah sudah sedikit kacau jika dilihat lebih teliti. Lantai berlanau sebab air tumpah ruah kemana-mana meski tak terlalu banjir namun cukup mampu buat tubuh besar seseorang jatuh mencium lantai.

Roger mungkin terlalu peka terhadap hal-hal kecil, sehingga ketika lengannya dipegangi oleh Loren, ia terdiam sejenak. Kemudian genggaman itu terlepas. “Selagi kamu di sini, ayo ikut, aku tunjukkan sesuatu.”

Loren menarik Roger berjalan ke tengah, dekat sekali dengan salah satu mesin. Ia lalu merentangkan kedua tangan ke atas. “Lihat! Bau apa yang berhasil kamu cium?”

Roger mengernyit. Ia lalu memandangi sekitar, sampai menatap Loren lagi sambil gelengkan kepala. “Nggak ada bau.”

Loren tersenyum lebar. “Itu dia! Tak ada bau. Ekstraktor industri.”

Terdengar berisik suara dentingan keras dari emas-emas yang menghantam besi-besi mesin tersebut. Loren menunjukkan caranya mesin itu berjalan hingga berhasil membuat peleburan emas. Ia lalu menunjuk salah satu selang besar yang mengarah ke brankas. “Gas ini akan mengalir melalui mesin dan dicairkan, lalu jogujuk gujuk gujuk tuk tuk,” ucap Loren meniru bunyi dari mesin pelebur. “Lalu gas mengalir ke dalam brankas.” Loren pun menoleh pada Roger. “Kontaminasi atmosfer, nol. Tapi hati-hati karena sesudahnya, ada terlalu banyak CO2.”

Loren menggandeng tangan Roger kembali hingga mereka sampai ke mesin satunya. “Di sini, kami melelehkan 52 emas batangan per jam. Ini sudah mencapai kecepatan stabil.” Roger pandangi mesin bundar di hadapannya yang terus memancarkan api besar. Setiap tetes emasnya berakhir pada mesin itu. Dan mereka sudah berhasil melelehkan 1.600 kilogram emas.

Loren mengajak Roger untuk mendekati salah satu mesin lagi, yang juga menyemburkan api besar, nampak tidak tenang serupa ombak. “Inilah bagian terbaiknya.” Loren menunjuk di bagian suatu wadah berisi emas-emas yang baru saja dicairkan. Seorang rekan mereka mengangkat wadah tersebut, menuangkan cairan emas itu ke dalam air yang disirami gas-gas. “Lihat emasnya keluar, Roger. Itulah dia! Indah sekali!” Loren bersorak di samping Roger yang terlalu fokus pada emas-emas. 

Loren menunjuk tempat air tersebut. “Di sini, kami mengubah emas cair menjadi biji-bijian. Ya, biji emas, seperti padi.” Loren cekikikan. “Kami lakukan dengan gelembung bluppu blubub blupub blubub ... bikin kecanduan.” Loren kembali meniru suara bagaimana cara mesin itu bekerja. Kemudian mengambil biji emas yang bagaikan pasir-pasir bernilai tinggi pada genggamannya, “Biji emas, Roger. ” Dia menunjukkan biji-biji kecil emas yang serupa kerikil kepada Roger sambil tersenyum manis. Dan Roger berani bertaruh, bahwa itu adalah pertama kalinya dia dapat memandang wajah Loren yang berseri-seri karena bahagia.


Beberapa menit lalu, para anggota komplotan golongan B mencoba berpikir bahwa tidak mungkin pasukan militer tersebut mundur secepat itu, sehingga mereka akan datang menyerang lagi entah kapan. Maka, Amon dan Dominic mendapatkan tugas mengambil senjata agar bisa digunakan sebagai prioritas berlindung. Karena pasukan militer bisa saja datang lewat mana saja, entah dari toilet, ventilasi, bahkan selokan, dan sebagainya. 

Salah satu pasukan milik Loren yang juga berada di luar bersama Kaz, memberitahu bahwa polisi-polisi itu memasukkan selang besar ke pipa ventilasi. Diduga menyebarkan gas narkotika berjenis halothane dengan kadar konsentrasi sebanyak 67 persen. Gas itu dapat membuatmu tertidur setelah selama 10 detik menghirupnya. Mereka masukkan gas tersebut pada pipa ventilasi toilet, agar para sandera dapat tertidur hingga tak ada yang teriak supaya kedatangan para pasukan militer tak diketahui perampok. Itu rencana mereka. Kemudian mengambil jalan sempit ukuran 45 kali 80 centimeter yang mengarah ke basemen, satu-satunya jalur yang dapat diakses tanpa ada kamera keamanan di sana.

Kolonel pemerintah menyerahkan 5 agen elite, bersama 30 magasin penuh peluru. Tujuan sederhananya adalah membunuh perampok seolah mereka seperti kambing. Dan Amon juga Dominic akan menghadang jalan mereka ke satu ruangan buntu agar mereka tak bisa keluar. 

Amon bersama salah satu rekan bayaran mereka pergi ke basemen untuk mengambil senjata cadangan juga peluru serta amunisi yang mulai menipis, Amon berjalan santai sambil sesekali meneliti tempat yang ia lalui. 

Berbeda dengan orang yang dia minta untuk menemaninya ambil barang-barang tadi, dia jauh lebih pendiam dari yang Amon kira, pemuda itu berkulit putih pucat dengan sedikit landang yang menghiasi rupa, tubuhnya lebih tinggi beberapa centimeter dari Amon, membuat orang yang sekiranya menatap kedua lelaki itu dari belakang akan tertawa lucu melihat perbedaan tinggi badan mereka. 

Tak tahan akan kesunyian yang melanda sepanjang jalan untuk mencapai basemen membuat Amon melemparkan sebuah pertanyaan kepada laki-laki berkulit putih tersebut. “Tadi, nama lu siapa?” Tiga detik setelah pertanyaan pertama Amon lontarkan namun belum ada respon atau jawaban yang laki-laki itu berikan, Amon hanya berdecak malas melihat betapa kakunya orang ini. Mungkin lain kali ia turun tangan dalam menyeleksi orang-orang bayaran yang akan bergabung dengan mereka, dan jelas tidak boleh lagi ada manusia kaku seperti dia.

Melihat respon Amon yang cukup lucu buat laki-laki berkulit pucat itu tersenyum tipis, “Dominic, nama gue Dominic,” suara berat tersebut keluar saat mereka berdua baru memasuki basemen, membuat Amon kembali merasa kesal dengan laki-laki yang baru saja dia ketahui namanya. 

Di depan basemen Amon berhenti, membuat Dominic juga ikut berhenti tepat di belakang Amon, dengan cepat Amon berbalik dan menatap Dominic penuh jengkel. “Kurang lama jawabnya, sekalian aja lu nggak usah jawab tadi. Toh gua bisa nanya yang lain,” ucap Amon ketus, lalu cepat-cepat pergi melangkah ke arah mobil berisi banyak senjata, diikuti oleh Dominic yang kali ini terkekeh pelan melihat tingkah laku Amon. Benar-benar jauh berbeda dari tingkah Amon saat berada di depan para rekan lainnya.

Amon juga Dominic secara cekatan periksa semua senjata dan bom yang mereka akan bawa, keduanya memusatkan konsentrasi pada senjata yang ada di hadapan hingga tanpa sadar ada suara-suara mencurigakan mulai terdengar. Hingga tiba-tiba dari langit  ujung basemen keluar sekiranya lima anggota militer bersenjata lengkap, membuat Amon juga Dominic kaget dan segera kabur sambil menembakkan beberapa peluru ke belakang mereka. 

“Yaelah sialan!” umpat Amon saat melihat lima anggota militer tersebut masih mengejar dan menyerang mereka. Salah satu dari anggota militer melemparkan sebuah belati yang nyaris menancap pada bahu Dominic jika saja Amon tidak sigap mendorong Dominic menjauh dari dirinya, tidak hanya belati ternyata salah satu dari anggota militer tersebut juga menembakkan sebuah peluru ke arah Amon yang beruntungnya hanya menggores pipi sebelah kiri Amon, melihat dirinya dan Dominic makin tersudut, Amon mulai berpikir cepat sampai lima meter dari tempat keduanya, Amon teringat ada sebuah lorong jebakan yang sempat dia perhatikan saat berjalan ke arah basemen.

Melihat itu, Amon langsung menukik dengan tajam sambil menggandeng tangan Dominic. 

Tahu bahwa Amon dan Dominic memasuki sebuah lorong, dengan cepat kelima anggota militer itu mengikuti mereka dan masuk ke dalam ruangan sepi berbentuk segi lima tanpa mengetahui bahwa Dominic juga Amon sedang berjongkok di atas pijakan kecil dinding dekat pintu masuk ruangan tersebut. 

Kelima anggota militer itu sudah berlari agak menjauh dari Amon juga Dominic. Mereka pun turun perlahan, namun suara langkah keduanya membuat kelima anggota militer tersebut menoleh dan berbalik tatap mereka. “KALIAN?!” seru salah satu anggota militer yang terkejut melihat Amon beserta Dominic ada di lorong depan ruangan yang mereka masuki. Dengan segera mereka hendak lari mengejar sambil mengacungkan senjata, namun Dominic menembakkan asap ke arah pasukan militer. Hingga maju beberapa tapak kaki, Amon bersama Dominic turuni anak tangga kecil dan mencapai ke hadapan para musuh. 

“Selesai sudah main-mainnya, Suarez?” tanya Amon basa-basi kepada pemimpin pasukan di sana yang ikut masuk dalam bertugas. “Lihat jeruji merahnya, indah, ya?”

Suarez menoleh ke arah Amon. “Itu peledak plastik, RDX!”

“Betul. Ada 40 kilogram yang terbagi dalam tujuh peledak. Gue rasa nggak perlu juga kayaknya, buat bantu jelasin apa yang akan terjadi kalau kalian berani menyentuh sinar itu, 'kan?” perkataan Amon tak dibalas. Mereka semua diam karena bahaya ada di depan mata mereka saat itu. “Begini cara kerjanya, detonator terhubung ke sel fotoelektrik, dan jika satu peledak pecah berkeping-keping, sisanya juga meledak karena simpati.”

Sekarang kelima anggota militer itu terjebak di tengah-tengah lorong bersama laser merah pada sekelilingnya, dengan senyum ceria Amon kembali mengeluarkan suara. “Kalian berhati-hatilah. Jika kalian menembak, kalian semua tanpa terkecuali bakal jadi daging panggang deh,” ucapnya enteng. 

Kelima anggota militer geram, dan melempar tatapan tajam pada Amon yang terus senyum sambil melambaikan tangannya, Dominic yang melihat kelakuan Amon lagi-lagi hanya bisa menggeleng kepala heran. “Kalian semua akan kami tangkap dan akan mendapatkan hukuman seberat-beratnya!” ucap salah satu anggota militer tersebut dengan suara geram. Mendengar hal itu senyum Amon menghilang kemudian digantikan oleh raut datar, ia pandangi orang yang berseru, ia menangkap nama di seragamnya. “Davis, ya? Dengar, ya, Davis, melihat kalian dapat memasuki bank ini melalui ventilasi, sepertinya kawanan prajurit ini adalah andalan pemerintah. Gimana, ya, jadinya mereka kalau tahu kalian terjebak di sini? Pasti bakal sedih.” Sebuah seringai muncul kembali di wajah Amon lalu dirinya cepat-cepat menghubungi Loren.

“Loren, kita sepertinya mendapatkan barang bagus,” kata Amon penuh bersemangat.


Loren mulai menggunakan alat pendengar khusus bersama mikrofon sekaligus. Ini adalah saat yang tepat melancarkan aksi talentanya, yaitu bernegosiasi dengan polisi.

Loren dengan tenang menghela napas, di belakang ada teman-temannya juga yang sudah siap angkat senjata. Berjaga-jaga apabila sesuatu tetiba datang menyerang. 

Berbeda dengan inspektur yang Loren temui di gedung percetakan. Mereka akan telepon lebih dulu, tetapi tidak bagi tim komplotan golongan B. Dapat giliran menelepon dulu boleh saja jika memang ingin mengajukan penawaran hingga mencipta kesepakatan bersama.

Sampai sambungan telepon itu didapat oleh inspektur polisi wanita cantik bernama Sierra. Di sana Sierra menjawab dengan santai lalu menyapa lebih dulu. “Halo, Loren.” 

Loren tersenyum tipis. “Inspektur Sierra? Wah, senangnya! Aku sudah menantikan berbicara denganmu.”

Sierra terkekeh di ujung sana. “Ya, aku tahu kau suka bernegosiasi dengan polisi wanita. Mau bertanya tentang apa yang aku pakai?”

Loren menunduk lalu mengangkat kembali kepalanya akibat gugup. “Aku ingin ajukan penawaran.” Ada diam sebentar mengelilingi kedua orang itu. “Aku rasa kau penasaran dengan nasib Suarez dan empat anggotanya.”

Sierra tersenyum. Ia berdiri dan mulai jalan kesana-kemari di tendanya. “Apa yang ingin kau katakan?”

Loren tersenyum kecil, ia terkekeh pelan sembari tepuk tangan. “Bahkan perilakunya sangat terpuji. Aku gambarkan operasi itu ... dapat dipuji. Tapi, gimana aku bisa katakan? Ada komplikasi di sini.”

Kolonel Ishwar yang mendengarnya langsung naik ke ubun-ubun itu amarah. “Jangan khawatir, Sierra, kesehatan mereka dalam kondisi sempurna, tentunya. Sebenarnya kami kirimkan video agar kau bisa yakin.”

Sierra yang tahu itu langsung menyuruh anak buahnya mengecek lalu menayangkan video tersebut ke layar besar dalam tenda polisi. Di sana terdapat 5 anggota elite dengan kedua tangan terikat di belakang, duduk teratur tanpa seragam yang membaluti tubuh mereka lagi. Mereka berbicara kepada siapapun yang menonton video tersebut. “Aku Suarez, telah memimpin Tim Operasi Khusus. Kami jadi tawanan. Tapi harus kukatakan bahwa kami diperlakukan dengan baik. Aku mohon kepada otoritas, untuk perintahkan gencatan senjata permanen.”

Setelah itu terdapat tangan Amon yang nampak mengusap-usap kepala Suarez dari balik kamera. Memuji kerjanya bagus sekali dalam menyampaikan pernyataan. 

Sierra tersenyum paksa. “Sangat menghibur. Tapi kau kirimkan itu kepada kita, bukan pers. Aku simpulkan Loren ingin bernegosiasi.”

“Kau memang seniman sejati, Sierra. Aku tawarkan yang lebih baik.” 

Sierra masih mendengarkan. “Komite PBB terhadap penyiksaan telah mulai menyelidiki kasus Pranona Soergadhin. Hanya dalam sejam, sebelum mereka kirim dokter forensik untuk menginterogasinya, dan kau atau presiden pasti tak ingin itu terjadi. Maka solusimu adalah serahkan Nona pada kami.”

Sierra tertawa kecil. “Aku tak akan serahkan tahanan. Polisi tak menyerahkan pencuri.”

Loren mengangguk. Ia berusaha tenang. “Ya. Tentu saja, tapi ada alasan kedua.” Kemudian hela napas sejenak. “Operasimu membuatnya cukup jelas, jika kau sudah putuskan untuk berusaha membunuh kami. Tapi saat ditahan, kau tak bisa singkirkan Nona. Jadi di dalam bank, saat melarikan diri, dalam pengejaran kau bisa. Aku tawarkan negara situasi lebih baik ketimbang saat ini. Tandanya aku telah menyelamatkanmu dari ejekan internasional, berhenti menyebar video komando elitemu.”

“Aku akan melepaskan Nona jika kau sendiri menyerahkan diri.” Sierra berkata demikian.

Loren hampir tertawa terpingkal-pingkal dengar itu. “Lalu matilah kami semua, tidak perlu bersusah payah untuk menghadapi kehidupan di penjara.”

Polisi tersebut mencoba mengeluarkan kartu senjatanya kepada Loren. “Tapi Loren, aku juga memiliki kabar untukmu.” Loren di sana mewanti-wanti penuh sabar. “Kalian dianggap teroris, jadi aku suruh agen CIA, interpol, dan semua orang untuk mencari keberadaan ayah serta saudarimu. Entah di mana mereka, tapi aku bisa tebak bahwa mereka di negara indah dengan pasukan polisi yang tak memadai. Asia Tenggara misalnya. Lalu aku bisa saja memenjarakan mereka atau menguak jati dirimu dari mereka juga.”

Loren memainkan kabel di hadapannya. “Tapi pikirkanlah juga, Sierra. Pikirkan hari awal kau rasakan sensasi bercinta. Lalu dampak yang sangat menyedihkan bagi keluarga kecilmu, mengingat kau punya seorang perempuan kecil yang baru masuk sekolah. Kau juga yakin ingin mempermalukan mereka?”

Loren dapat melihat raut wajah keterkejutan dari wajah polisi itu. Dalam hati ia tertawa, padahal ia hanya asal-asalan menyebut soal keluarga kecil, tetapi ternyata apa yang ia sebutkan tadi benar adanya. “Maka dari itu, terima kesepakatan yang kuberikan.”

Amon yang baru saja kembali dari ruangan kosong tadi menoleh pada Roger, dan Roger juga melemparkan tatapan bingung dengan apa kesepakatan yang ingin dibuat Loren. “Bagaimana kesepakatannya? Apa Loren bakal minta makanan lalu kita ngebebasin orang-orang tolol tadi?” bisik Amon. 

Roger menatap Amon tak percaya. “Yang bener aja? Makanan? Loren nggak sebodoh itu buat ngelepasin orang-orang tolol secara mudah. Pasti kesepakatannya bakal setimpal, itu sih lu aja yang lagi kelaparan,” jawab Roger. 

Loren berpura-pura menguap karena tak ada suara apapun terdengar dari Sierra. “Inspektur, bagaimana? Lepaskan Nona. Aku yakin kau tahu dia dengan baik, berita tertangkapnya Nona sudah tersebar dimana-mana bahkan bagaimana caramu menyiksa dia begitu keji. Maka akan kami lepas juga pasukanmu ini bersama dengan pembebasan para sandera yang lain, bagaimana?”

Polisi itu hanya terdiam, sedangkan salah seorang polisi berteriak agar tidak menyetujui kesepakatan yang dibuat Loren. Namun lepas itu hening, polisi tidak menjawab setuju atau tidaknya, membuat Loren sedikit was-was. 

Sierra hanya terdiam. Ia dipaksa oleh Kolonel Ishwar untuk menyetujui kesepakatan itu, terima pertukarannya dan serahkan Nona. “Baiklah. Aku ingin semua sandera dan GEO. Aku perlu jual ini sebagai kemenangan.”

Loren dengan tenang menjawab. “Kuberikan 40 sandera dan komando elitemu. Kau bisa anggap itu sebagai kemenangan.”

“Bebaskan mereka pukul 3 sore. Kita lakukan pertukaran saat itu. Aku ingin ada cahaya.”

“Diterima.”

Komunikasi negosiasi itu pun terputus. 

Loren di ruangan rapat bersorak senang. Lalu ia menghampiri Roger bersama Amon yang menanti-nanti keputusan akhirnya. “Nadhin bakal balik!” Dan mereka pun berbahagia, ada sedikit menangis haru, karena tim anggota mereka akan lengkap kembali.


Sierra datang beberapa jam sebelumnya 'tuk menemui Nadhin yang masih tertidur. Sierra membangunkan Nadhin dengan lembut, coba bantu memandikannya, lalu mendandani dia sampai secantik mungkin seolah Nadhin akan pergi bersekolah, atau mungkin menghadiri perayaan pesta bersama kostum-kostum unik.

Nadhin diberikan gaun selutut berwarna putih bersih tanpa adanya lengan. Sehingga terlihat tubuh itu lebih kurus dari dua bulan sebelum ditahan. Lalu setelah cukup menghiasi rupa Nadhin, Sierra giring raganya keluar dari sel. Bukan sel penjara, tetapi ruang penahanan yang lebih baik dari sebelum-sebelum itu.

Sejam kemudian Nadhin sampai di depan gedung bank. Sedikit asing kepada dunia luar karena tak pernah mendapatkan cahaya saat berada dalam sel tahanan. Ia memang keluar dari mobil bersama Sierra. Pemandangan di hadapan Nadhin benar-benar membuatnya terkejut. Para aktivis demonstran yang tadi menimbulkan keributan dengan meneriakkan caci-maki kepada Sierra, kini berubah menjadi sorakan kesenangan yang diberikan untuk menyambut kedatangan Nadhin.

Ini adalah sesuatu yang mustahil. Bagaimana khalayak massa mendukung Nadhin kembali beroperasi dalam aksi perampokan itu. Tapi semua tampak tak penting saat melihat Nadhin mulai berjalan keluar dari mobil. Dia masih hidup. Dia baik-baik saja. Tak ada bekas luka sama sekali yang terpotret dalam tubuh Nadhin. Dia juga nampak tersenyum lebar. Bahagia dan bingung dan perasaan lain. Nadhin juga terlihat cantik sekali dengan gaun putih yang terpasang pada raganya.

Nadhin berbalik kembali melempar pandang kepada banyak pasang mata khalayak massa yang menyoraki namanya penuh kesenangan. Berikan tepuk tangan juga dukungan sepenuh hati atas kebebasannya. Sampai Nadhin rela benar-benar kembali ke perampokan, dirinya mulai berjalan masuk menuju bank. Ternyata kepolisian negara ini menyerahkan buronan paling dicari di dunia. Masyakarat anggap bahwa mereka menyerah sehingga bebaskan Pranona Soergadhin. Diduga sebagai orang yang disiksa. Geng Loren pun berkumpul lagi.

Ketika Nadhin mulai berjalan memasuki bank. Pintu gedung pun terbuka. Perlahan-lahan 40 sandera dan 5 agen elite keluar dalam bentuk barisan panjang. Mereka bahagia hingga tak sadar melompat gembira. Kedatangan Nadhin yang berhasil melewati pintu bank, langsung diserbu pelukan oleh Loren. Sedangkan Roger kembali menutup dan kunci pintu bank.


Nadhin hampir menangis ketika dia bertemu kawan-kawannya. Meski sedikit asing seperti kemana pujaan hatinya lalu kawan wanita yang lain, tetapi Loren segera memberitahu bahwa mereka sedang melakukan tugasnya merampok di gedung percetakan. Tentu mereka ikut melihat bagaimana Nadhin bisa dibebaskan lewat berita TV. Kaz mengabari bahwa mereka semua menangis bahagia saat tahu Nadhin betul-betul dibebaskan polisi.

Dari bulan-bulan lalu, Loren tahu bahwa polisi sudah pasti memasukkan alat penyadap suara pada tubuh Nadhin. Anggota komplotan harus bisa mengeluarkan alatnya dari sana. Tapi sebelum itu, Nadhin tak akan tahu jikalau alat penyadap tertempel di dalam tubuh. Sehingga mereka perlu melakukan pembedahan setelah menunggu kode rahasia dari Loren yang menyebutkan tentang ‘liburan singkat’.

Maka di sinilah mereka berempat, Loren dan Nadhin duduk berhadapan sedang sisa Roger dan Amon, keduanya berdiri belakang Loren. Mereka akan mengadakan wawancara atas pernyataan Nadhin, yang bisa digunakan Loren sebagai senjata di masa depan. “Nadhin, kamu perlu jawab pertanyaanku seakurat mungkin. Di mana kamu ditahan?”

Nadhin dengan cepat menjawab. “Di sel. Sangat kecil. Sekecil peti mati. Aku nggak bisa duduk. Aku selalu berdiri.”

Mendengar itu saja, siapapun bisa meringis merasakan apa yang Nadhin katakan. Oliver bersama kawan lain di gedung percetakan jelas ikut mendengarkan pembicaraan wawancara ini. Rasanya ia jadi ingin memukul inspektur polisi yang menahan Nadhin agar mendapat pelajaran caranya memperlakukan manusia dengan sangat layak.

Loren melanjutkan tanya lagi. “Berapa hari?”

Nadhin menggeleng lemah. “Aku nggak tahu. Kuhitung hari setelah empat atau lima hari. Tak ada cahaya alami.”

Loren berhenti dulu sejenak. Kemudian Roger sempatkan bertanya. “Bisa terus menjawab?”

Nadhin mengangguk. “Iya.” Berarti dia masih mampu memberikan pernyataan.

Loren pun bertanya dengan suara pelan. “Apa makanan yang mereka berikan?”

“Semacam pasta kental. Kemungkinan terbuat dari tepung.” Nadhin hampir mual bayangkan itu. Sungguh makanan tak layak. “Lalu aku diberikan kopi. Banyak kopi. Total 30, 40, 50 cangkir hanya dalam sehari.”

Itu adalah teknik perampasan tidur. Supaya Nadhin tetap terjaga selama penyiksaan dilakukan. “Menurutmu, kopi itu mengandung zat lain?”

Nadhin menggerakkan kepala. “Mungkin aja. Rasanya buruk. Tapi aku dibius. Saat sedang diinterogasi, aku dipaksa menghirup gas. Aku nggak tahu itu apa. Namun setidaknya aku bisa keluar dari sel.” Nadhin mengembangkan sedikit senyum yang terpatri di bibirnya.

“Mereka izinkan kamu keluar sel?” Oliver yang mendengar itu lewat telepon langsung kaget, ikut bingung akan apa saja hal yang sudah menimpa Nadhin.

“Hanya sebentar. Belakangan ini, aku dipaksa tertidur lama. Itu adalah kegiatan tidur paling nyenyak yang pernah kurasakan. Karena hari panjang sebelum itu, mereka menggantung diriku setengah telanjang sambil merantai pergelangan kedua tangan. Mereka pakai selang bertekanan dengan mengancamku seperti: ‘Jika kau ingin ini segera berakhir, Nona, katakan di mana Loren’, itu yang Sierra terus tanyakan padaku.” Nadhin hampir mengeluarkan isak tangis jikalau ia tak berusaha menahan air matanya turun. “Aku bersumpah, Loren. Jika aku tahu di mana asalmu tinggal atau berada tadinya, aku akan bicara pada dia tanpa harus mencelakakan kawan-kawanku.”

Oliver yang mendengar pernyataan panjang itu merasa bersalah. Karena salahnya Nadhin ditangkap, karena ia jugalah penyebab dari membiarkan Nadhin berlibur tanpa siapapun menemani dirinya.

Loren seketika ikut merasa bersalah karena tak bisa melindungi anggotanya dengan baik. “Siapapun pasti akan berusaha berbicara. Kamu mengkhawatirkan hidupmu, 'kan?”

Pertanyaan tepat sasaran. Nadhin tertawa hambar sembari mengusahakan tahan tetesan air mata yang singgah di pipinya. “Setiap hari aku bangun, bertanya-tanya apa itu hari terakhirku hidup. Kemudian akan dikubur di mana tubuh ini? Di gurun pasirkah? Karena aku yakin pasti mereka membawaku keluar negeri, bukan di Las Vegas. Bukan juga ruang bawah tanah.”

Para aparat polisi terdiam. Keadaan betulan hening selama wawancara itu ikut mereka dengarkan bersama-sama di tenda. Mereka sedikit takut, bahwa Nadhin akan berbicara bohong. Tapi kebenaran paling menyakitkan adalah seorang penjahat sedang berusaha memberikan pernyataan jujur mengenai pengalamannya menjadi korban kejahatan.

Oliver mendengarnya tengah tersenyum miris. Semua yang berkumpul dalam satu ruangan rapat, ikut prihatin akan apa yang dirasakan oleh Nadhin. Mereka benar-benar bersedih hati.

Merasa sudah cukup pernyataan yang diberikan oleh Nadhin. Ia menghela napas. Tangannya meraih tombol pada radio komunikasi yang merekam. “Itu sudah berakhir. Beristirahatlah lagi dan mandi air panas. Kamu layak dapat liburan singkat.”

Nadhin pun mengangguk-anggukkan kepala. Ia membasuh air matanya dan dituntun oleh Amon untuk melakukan pembersihan diri.



BERSAMBUNG.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEPERANGAN EGOSENTRIS.

HARKAT DITINDAS HABIS.