KIDUNG LEMBUT GEORGIAN.
NYANYIAN LAGU PARA putri duyung semacam terdengar di bawah sana. Mereka menari-nari dan bersenang-senang sembari menyanyikan kidung Georgian, merayakan kemenangan atas pengambilan alih harta karun mereka kepada sekelompok bajak laut. Tebak siapa si kalah?
—
Loren kembali dari ruang rapat dan hadir pada aula untuk menemui para sandera. Mereka sudah 2 hari masuk ke dalam Bank Amerika namun rakyat Las Vegas nampaknya tak pernah ingin beranjak pergi meninggalkan gedung. Kini untuk mengalihkan perhatian tawanan di dalam bank, Loren menepuk tangan berulangkali sebagai tanda ia membawa warta baru. Waktunya pelemparan penyerangan terhadap pasukan perampokan kembali. “Boleh minta perhatiannya?”
Tawanan menoleh ke segala arah. Kedua barisan sedang berdiri dengan cara berhadap-hadapan. Lalu Loren ada di tengah-tengah, berjalan bolak-balik memandangi mereka. “Kami telah memasang 460 kilogram peledak di semua jendela, dan semua pintu masuk dan keluar,” ucap Loren sembari menunjuk ke semua arah di mana peledak berada. “Jika ada yang berpikir untuk kabur ... DOR!” Tawanan terkejut saat Loren meniru bunyi peledaknya, ia tertawa kecil. “Mereka akan menyala lalu pecah berkeping-keping. Itu tak sepadan aslinya. Kita harus tinggal di sini bersama untuk beberapa hari. Benar, tapi selama waktu itu, kami akan melindungi kalian semua. Dan kalian akan melindungi kami.” Loren tersenyum lebar, merentangkan kedua tangan. “Sungguh indah!”
Matanya melirik ke kanan dan kiri. Loren pun berujar lantang. “Sekarang, kapanpun kalian mau, boleh lepas penutup mata kalian.” Para sandera masih diam. Ia berteriak. “Sekarang!”
Tawanan itu terlonjak. Mereka cepat-cepat melepaskan penutup mata sebab takut-takut penggertakan Loren datang kembali sebagai ancaman, bukan lagi keramahan. “Bagaimana rasanya? Apa kabar?” Loren penuh perhatian bertanya meski tahu tak ada yang sudi jawab pertanyaannya. “Kini, kita bisa saling lihat. Dan aku perkenalkan ini Tuan Dominic. Satunya lagi Tuan Roger. Yang pernah kalian temui kala kita perdana mendapat serangan. Dia akan memilih empat sukarelawan, bersamaku.”
Dominic mempersilahkan Roger supaya dia melangkah maju mencari kandidat di antara barisan tawanan. Ia pun memperkenalkan diri. “Roger. Dan aku datang untuk memberikan tawaran pada kalian, ikut melakukan bagian sulit bersama kami. Kita bekerja di suhu 65° celsius. Rasanya seperti di krematorium. Akan bekerja dalam shift 12, 14, 16, atau 24 jam. Selama yang kalian mampu. Siapa tertarik?”
Lagi-lagi tidak ada yang mengangkat tangan, mengajukan diri, atau merekomendasikan orang. Mayoritas sandera-sandera itu tidak mengindahkan ucapan Roger bahkan menunduk ketika para perampok mengajak mereka berbicara. Karena Loren merasa waktu semakin menipis baginya, ia memberikan kode pada Roger agar menunjuk orang saja daripada menunggu yang tak pasti eksistensinya.
Loren menunjuk satu sandera. “Nama?”
“Asher,” jawabnya tenang.
“Kenapa di sini?” Loren bertanya sembari senyum terus terpatri setipis helai kertas.
“Aku sedang menukar valas.” Ia jawab melas.
Roger menatap Loren dengan intens. Alasan klasik dan cocok. Loren menyetujuinya. “Maju, pak. Selamat, kau sukarelawan pertama kami.”
Loren penuh antusias menghampiri salah satu sandera lagi. “Selanjutnya. Nama?”
“Miguel Flowies. Dari Spanyol.” Miguel berikan jawaban secepat kilat saking takutnya dia berhadapan langsung dengan Loren jua Roger.
“Baik.” Loren mengangguk kecil.
Roger beri tanya. “Apa pekerjaanmu, Miguel?”
“Magang di Departemen Operasi dan Sistem.” Ia tampilkan pandangan meminta belas kasih, Loren hampir memukulnya jika ia tak sedang mencari kandidat mereka. Setelah Miguel pun akhirnya berhasil menelan satu tegukan ludah akibat gugup melanda. Loren tinggalkan dia. Ia melengos pergi. “Tak memenuhi syarat.” Lepas Loren menggeleng sembari mendorong bahu Miguel, ia hampiri satu tawanan lainnya. “Oke. Selanjutnya!”
“Nama dan kenapa di sini?” Roger tanya lagi.
“Ali. Aku ada janji di Departemen Utang Umum.”
Loren tersenyum tipis. “Baiklah. Maju. Selamat, kau sukarelawan kedua. Selanjutnya!”
Roger langsung menoleh ke barisan belakang, menunjuk satu-satunya kandidat perempuan di antara pilihan laki-laki semua tadi. “Namamu lalu kenapa di sini?”
“Amanda. Aku sekretaris gubernur.” Terlihat jelas ia ketakutan menjawab bersama tangan yang bergetar hebat di hadapan keduanya.
Loren yang tahu bahwa Amanda bisa saja tak bekerja tapi justru mengacau langsung beralih. “Tak memenuhi syarat. Selanjutnya!” Loren bertanya tegas namun nadanya pelan. “Nama!”
“Eddie West.” Lalu dari sekian banyak kandidat sandera, Eddie adalah salah satu yang berani menentang perintah si perampok. Dia bahkan menjawab tenang bersama tundukkan kepala. Tapi lolos seleksi tanpa pertanyaan mendetail meski harus dipaksa. “Memenuhi syarat, maju!”
Eddie menggeleng pelan. “Tidak, Pak.”
Kini Loren dilanda bingung. “Jangan panggil ‘Pak’. Maju. Kau sukarelawan selanjutnya.”
“Aku bukan sukarelawan,” ucap Eddie sembari tatap Loren tepat di netranya.
Loren yang tidak mau bermain-main lantaran waktu bagi mereka terbatas, sehingga dirinya memaksa. Sambil mengacungkan jari tengah di tangan kanannya ke arah Eddie. “Baiklah. Bisa lihat jari ini? Jari ini menunjuk sukarelawan dan jari ini menunjukmu berulangkali. Jadi, silahkan maju karena kau kini menjadi sukarelawan.” Ia menggerakkan jari tengah tersebut untuk menunjuk Eddie tepat pada bagian dada lalu melototinya geram hampir tumpahkan emosi.
“Pak, aku bukan sukarelawan.” Eddie menolak sekali lagi. Roger yang sedari tadi melihatnya ikut emosi. Ia menarik kerah rompi merah yang dipakai Eddie. “Siapa tadi namamu?”
“Eddie West,” jawabnya dengan nada tertahan.
Roger mengangguk sambil menatap presensi lelaki di hadapannya penuh menghina. “Oke, Ed. Kau ikut denganku sekarang. Ayo, jalan!” Ia menarik Eddie keluar dari barisan sambil terus mendorong ia jalan menggunakan senapan. Agar tak miliki niat sekalipun sebagai kembali.
“Masuk ke lift!” Mereka digiring menuju ke dalam lift yang membawa mereka pada ruangan bawah tanah. Berbeda dengan lift lain menggunakan warna emas, pada lift ini diberi warna silver agar para pekerja tak tersesat.
Loren masuk lebih dulu kemudian diikuti oleh kandidat sandera lain. Roger terus-terusan mendorong mereka seolah benar-benar tengah berperan sebagai seorang penculik. “Jangan bergerak!” Tetapi aktingnya itu memang bagus. Patutlah diberi acungan jempol. “Masuk!”
Saat mereka selesai masuk lift lalu tertutupi rapat sebagai tanda eksistensi mereka tak dapat dilihat lagi oleh pandangan tawanan, semua kandidat sandera itu menghela napas. Mereka sebetulnya adalah orang-orang yang sudah Loren bayar untuk bergabung pada komplotan mereka. Berpura-pura menjadi sandera sebagai penawaran pekerjaan hanya untuk menggertak mereka supaya tawanan masih membutuhkan rasa belas kasih dan kepedulian dari tim perampokan. Tetapi Loren terlanjur emosi kepada tingkah Eddie tadi. Yang jelas-jelas responnya di luar kendali mereka. “Apa itu tadi?”
Eddie yang selesai berakting hanya melempar senyum tipis. Roger pun ikut menyemburkan api kemarahan sebab kelakuan Eddie persis kekanak-kanakan. “Dasar bodoh! Kenapa kau bilang ‘bukan sukarelawan’ seperti itu?”
Eddie mengangkat bahu acuh. “Agar lebih bisa dipercaya.” Ia berujar santai sekali seolah tak melakukan kesalahan apapun.
Roger menggeleng-gelengkan kapita sambil tersenyum remeh. “Bisa dipercaya katamu? Kau pikir dirimu itu Anthony Hopkins?”
“Sikapku harus seperti sandera.” Eddie seperti sudah siap memancing perdebatan.
“Kau bercanda. Dari awal produser berkata ikut denganku sekarang, aktor yang pandai besi harus segera hadir di bengkel.” Roger berusaha menjelaskan situasi mereka itu genting, sempit semacam sepatu kekecilan untuk tarian ballet. Jadi tak ada waktu bercanda bagi perampokan.
“Kupikir kerjaku bagus. Itu berjalan mulus.” Cukup sudah Eddie menarik pelatuk sembari berlari ke dalam mulut buaya. Roger mengepal tangan kuat-kuat sampai urat-urat tangannya jelas terlihat. Pandangan hanya ditujukan kepada Eddie yang mulai takut diberi dendam. “Aku akan merusak wajah mulusmu.” Tonjokan keras di pipi pun dilayangkannya kepada Eddie. Jikalau saja tak sedang bertugas, Roger yakin akan membuatnya babak-belur separah mungkin. Tetapi sekarang waktu tidak cocok, ia tahu juga bahwa Loren bisa ikut memarahinya karena membuat Eddie pingsan sehingga tiada kesempatan ikut bekerja.
Selagi Eddie meringis kesakitan karena merasa pipinya akan bengkak. Denting suara lift bunyi. Menandakan mereka sampai di dasar ruangan tujuan sebelumnya. Yaitu ruang bawah tanah, tempat brankas emas tersebut disimpan baik.
Sebetulnya pekerjaan ini benar-benar tidak gampang. Bagaimana bisa? Karena manusia Amerika memiliki orang-orang jenius yang rupanya juga pintar mencegah terjadinya kejahatan. Menurut pandangan masyarakat bahkan Loren sendiri berpikir. Mungkin jika merampok gedung percetakan sulit, tetapi mereka tentu masih bisa berhasil. Namun untuk merampok Bank Amerika, sangat mustahil terjadi. Karena brankas telah didesain sedemikian rupa. Para arsitektur bangunan brankas itu menyalurkan pipa dari dua sungai untuk masuk ke ruang bawah tanah tempat penyimpanan emas. Pipa baja sepanjang 45 kilometer tersimpan di bawah tanah. Jika seandainya orang menyentuh pintu brankas, ruangan langsung dibanjiri air dalam waktu kurang dari 20 menit. Apalagi saat sentuh emasnya, dan orang bisa meledak seperti katak, lalu tenggelam. Sebuah keajaiban.
Maka dari itu dengan ilmu pengetahuan sains seadanya, Loren merancang rencana yang juga sedemikian rupa supaya mereka berhasil jalani rencana. Perampokan memang harus berjalan lancar walau rencana bisa saja cacat ataupun berhenti di tengah jalan. Tetapi selagi masih ada cadangan plan B, mereka tak masalah.
Loren menatap pintu brankas penuh was-was. Lalu berbalik kepada tim-nya dan berusaha ia memberikan motivasi. “Begitu kalian sentuh pintu ini, brankas akan banjir. Kita buat lubang dan mengelas tabung penghubung dalam waktu itu, atau tamat dan kita berakhir di penjara dengan sia-sia. Penyebabnya karena mendobrak pintu. Tapi itu tidak akan terjadi pada kita. Karena kita ini apa? Yang terbaik.”
Setelah memberikan teriakan semangat agar tak ada lagi pikiran buruk menerka. Loren berseru bahwa saatnya bagi mereka ambil tombak besi. Yang di ujungnya akan diberikan api untuk melelehkan pintu baja setebal 14 ton. Menggunakan bentuk lingkaran sesuai pada ukuran tabung. Anggaplah ini bukan pintu. Ini sebetulnya mentega. Mereka akan berusaha keras melelehkannya menjadi sebuah mentega gosong. Keempat orang kandidat mereka tadi bersiap pergi ke posisi masing-masing.
“Oke, tunggu, tahan dulu, tahanlah!” Loren lihat bagaimana waktu berjalan. Ia akan memantau selagi tim-nya bekerja. Alat penghitung mundur waktu sudah ia atur menjadi 16 menit 15 detik. Loren lirik sekali lagi tim-nya di depan mencocokkan posisi dengan tombak besi. Kemudian Loren berteriak setelah mereka siap. “Sekarang!”
Di depan sana pintu yang terbuat dari baja dengan ketebalan 14 ton tengah berusaha untuk dilubangi oleh para tukang cor logam terbaik yang ada di dunia. Loren telah sewa kerja mereka agar membantu rencana ini berjalan. Sebab setelah tombak besi mereka mulai mengelas pada pintu tersebut, yang berarti pintu berhasil disentuh dan alarm keamanan akan menyala, air mulai mengalir masuk. Sebanyak 7.500 liter per-menitnya. Begitu air mengisi penuh brankas, apabila seseorang membuka pintu langsung, maka seseorang akan terlempar dari sana. Tapi tim perampokan atas rencana Loren tak'kan buka pintunya. Mereka memilih menusuknya pakai tabung kapsul sebagai pendobrak. Sehingga setelah pengelasan selesai dan api di sekitar sisi-sisi lingkaran padam, pintu didorong masuk ke dalam sampai berlubang.
Roger sudah bersiap bersama pakaian dan alat menyelam, lalu mengambil tombak besi untuk mengelas juga kemudian segera masuk brankas tanpa membuka pintu itu. Sebagai penyelesaian penugasannya. Karena hanya 12 menit waktu tersisa sebelum air memenuhi seisi sudut brankas. Ketika Roger melirik ke bagian bawah di mana sumber air sungai mengalir masuki brankas. Dapat dirasakan masih mencapai lututnya. Maka ketika Loren memandanginya bersama tampang terkejut, Roger acuh kemudian hendak tutup pintu tabung kapsul tersebut.
Loren berteriak panik. “Oksigen dulu, Roger!” Ia menatap Roger tak percaya. Sedang Roger menggeleng santai. “Masih ada waktu.” Dan ia menutup pintu tabung kapsul. Bergerak mulai siapkan tombak besi dengan ujung terdapat api untuk mengelas pinggiran tabung kapsul.
“Hei? Apa maksudnya? Roger! Tunggu!” Loren menggeleng frustasi kemudian menutup sisi pintu tabung kapsul satunya penuh terpaksa. Sedikit menahan rasa khawatir. “Sial! Kenapa semua orang selalu berlagak jadi pahlawan?”
Roger tidak memiliki keahlian dalam bidang pengelasan. Berbeda halnya dengan tim yang Loren ciptakan secara mendadak. Keempat kandidat mereka, adalah pakar profesional saat menghadapi pengelasan, entah itu jenis mencairkan baja, atau merekatkan kembali dinding baja bersama tabung kapsul tersebut. Sedangkan Roger hanya mendapat ilmu pada pelatihan mengelas ditemani rekan-rekan lain selama jalan satu bulan.
Dalam sana air naik setiap detiknya, memulai fantasi milenia baru. Ada empat kandidat ahli pengelas bersama Roger sendirian, untuk mengelas kedua sisi ruang dekompresi. Sedang tinggi air terus naik membasahi tubuh Roger. Pengelasannya terus berlangsung. Lebih bagus dari film James Bond. Karena James Bond pun saja tak bisa mengelas dalam waktu singkat. Itu sebabnya Loren memilih gunakan pengelas terbaik. Tapi dia bukan tanpa alasan memilih Roger supaya memenuhi tugas mengelas satunya.
Loren tahu satu hal, bahwa dari sekian raga sembilan anggota komplotan. Roger adalah pemilik predikat tertinggi dalam menahan napas selama mungkin di antara semuanya. Rekor yang dia hasilkan terakhir kali, paling lama menahan napas yaitu sepuluh menit. Itu lebih dari cukup. Ia memang amat pandai dalam berenang. Punya bakat mengelas pun tidak, tetapi bagaimanapun ia masih bisa lakukan itu. Kemampuan tahan napas yang tersimpan di jiwanya membawa keuntungan bagi tim mereka. Walaupun Loren paham atas keterampilan Roger, dia tetap khawatir akan kondisi lelakinya. Sebab jika tinggi air melebihi pengelasan pada pinggiran lingkaran lubang pintu brankas, maka peletakan tabung kapsul tak'kan sempurna bahkan sia-sia. Air dapat mengalir melalui celah dengan tekanan besar sehingga butuh 4 sampai 5 hari agar sukses keluarkan Roger dari dalam sana. Dia akan mati. Tapi perampokan apa tanpa resiko.
Tujuh menit adalah waktu yang tersisa. Pada lingkungan brankas, air sudah menjangkau bagian ujung kepala Roger. Dia berenang naik untuk sesaat, menghirup napas sebanyak mungkin lalu kembali menyelam ke bawah agar dapat menyelesaikan perekatan antar baja brankas dengan tabung kapsul.
Di luar Loren tak henti-hentinya dia berjalan bolak-balik akibat fokus terpecah belah. Dua detik sebelumnya dia menghadap pintu brankas, memandangi keempat rekannya sembari terus memantau waktu yang berlalu. Dan dua detik setelahnya dia juga akan memunggungi pintu brankas, menggigit bibir bawah hingga menghela napas was-was.
Pengelasan milik Roger hampir selesai. Dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Sampai satu menit yang berjalan telah habis. Alarm berhenti bunyi, lampu merah terganti oleh cahaya terang-benderang milik pijar bohlam.
Loren segera bersiap masuk menyusul Roger ke dalam brankas setelah berteriak. “Aku akan masuk!” dia mengenakan pakaian penyelam khas berwarna merah. Rekan-rekan lainnya tak menghentikan langkah Loren. Mereka hanya membiarkan lalu menepi dari sekitar pintu brankas agar dapat beristirahat.
Palka dekompresi diibaratkan seperti kapal selam mini. Lalu ada gelembung. Loren benar-benar merasakan itu sekarang. Saat air memenuhi tabung kapsul yang berarti dia sudah boleh masuk dalam brankas. Dia berniat keluar. Kedatangannya disambut oleh Roger dengan cara membukakan pintu untuk Loren. Ia senang bukan kepalang. “Roger, kau masih hidup!” katanya, namun suara Loren teredam akibat mulut dipenuhi alat bantu pernapasan. Tetapi Roger masih mendengar jelas, dia mengangguk, dan mempersilahkan Loren agar berkeliling ke brankas lebih dulu.
Saat tubuhnya seimbangkan pengapungan. Loren berbalik, melihat gelembung berkilau, karena emas batangan di hadapan, mereka menghantam atap. Mereka berdua berpikir bahwa sedang berada di Stasiun Antariksa. Tapi tidak, mereka berkunjung masuk dalam brankas Bank Amerika. Di sana emas-emas batangan mengapung pada genggaman hasta Loren. Seperti memasuki kapal karam dekat tengah lautan. Terdapat 90 ton emas murni 34 karat. Hal terindah yang pernah didengarkan.
—
Perhitungan waktu lagi-lagi masih berjalan. Masih ada sisa 14 menit sebelum pintu utama bank tidak terkunci. Nampaknya kolonel pemerintah sudah menyiapkan rencana pendobrakan pada pintu utama bank sesaat setelah tidak terkunci kembali. Itu dikarenakan pintu utama bank dibuat dengan menggunakan sistem teknologi canggih, adanya sensor keamanan langsung yang mengunci pintu ketika bahaya datang, durasi waktu menahan kunci tersebut memang ada dan para perampok sebentar lagi tak bisa memanfaatkan teknologinya kembali. Begitu kunci terlepas, siapapun bisa menyelinap masuk. Tambahan pula, para pejabat tinggi seperti gubenur memiliki akses membuka dan menutup pintu utama bank, tetapi tak dapat menggunakan fasilitas secara baik. Alhasil keuntungan itu dicabut darinya.
Loren dan Roger yang selesai melubangi pintu brankas, keluar untuk memimpin penyerangan. Para sandera diperintahkan untuk memakai rompi anti peluru bersama topeng khas milik komplotan perampokan, semuanya juga diberikan senjata palsu.
Dan saat sembilan menit sudah berlalu, para tawanan membantu mereka bangun benteng pertahanan sebagai pelindung menggunakan banyaknya karung-karung berisi pasir. Loren memantau kegiatan kerjabakti memindahkan karung mereka sedangkan Roger menyiapkan senjata api besar untuk penyerangan.
Di lingkungan luar bank para pasukan khusus kepercayaan negara sudah bersiap diri atas operasi penyerangan. Kemudian sisi lainnya, ada Amon bersama Dominic yang berkerja ke ruangan bawah tanah yaitu tempat brankas berada. Mereka berencana meledakkan dinding berlapis baja dalam brankas. Kali ini brankas yang tak terlalu jadi pemerhati orang-orang di antara jejeran emas-emas batangan.
Butuh waktu dua jam lamanya supaya dinding di dalam brankas tersebut bisa dibuka dengan teknik pengelasan. Tetapi sungguh caranya tidak efisien karena mereka sudah terdesak.
Ketika Dominic sudah siap mengenakan baju khusus penyelam beserta alat bernapas di bawah air, ia mengambil peledak plastik jenis RDX dengan tipe C-4 sebagai alat pembuka dinding. Kemudian masuk ke dalam tabung kapsul. Amon menunggu di luar brankas dan akan melakukan tugasnya selepas itu.
Loren menggiring para sekumpulan tawanan ke dekat jendela-jendela balkon. Mereka siap memakai topeng ditambah senapan palsu di hasta. Loren menunggu waktu tepat supaya bisa keluar. Lalu Roger berada di lantai dasar bersama rekan-rekan kerja lainnya, menjadi tim penahanan khusus terhadap serangan. Bahkan Roger siaga menghalau rintangan apapun pada posisinya kini.
1 menit beserta 20 detik. Dominic mencapai dinding berlapis baja di ujung bagian brankas. Berusaha berenang untuk meraihnya. Lalu ia menempelkan peledak tersebut. Setelah aktif, ia terburu-buru menjangkau sisi lain brankas yang dekat dengan tabung kapsul berada. Berlindung di balik emas-emas batangan terletak. Dari kurun waktu 20 detik, peledak menciptakan detonasi dengan gelombang 50 meter dalam permukaan air bersama tekanan 40 atmosfer. Letupan besar namun kecil, tapi itulah awal kehidupan datang. Apapun bisa terjadi. Termasuk benturannya dapat merusak sebagian dari isi brankas, meski demikian, itu dinding tetap terbuka. Maka selanjutnya yang dilakukan adalah Dominic segera mengambil dua kotak merah, membawanya pergi keluar.
Di luar kekacauan mulai terjadi. Gerombolan khalayak ramai massa nampak meraung macam singa, menolak bagaimana para pasukan militer bersiap menyerang gedung bank. Serangan itu rupanya tetap dilakukan juga. Mereka menembakkan asap ke tiap-tiap jendela balkon membuat kaca-kacanya pecah berkeping-keping, menciptakan bunyi jatuh yang keras hingga para sandera menjerit ketakutan. Loren berteriak berikan informasi, bahwa itu hanyalah asap biasa tanpa bahaya. Seharusnya mereka bisa lebih tenang jadi perlukan banyak diam, usaha Loren pun tak sia-sia karena mereka mau mendengarkan.
Setelah cukup menggertak, Kolonel Ishwar menyuruh helikopter untuk menurunkan tali agar dapat masuk melalui jendela balkon. Itu sudah 52 detik berlalu, tepat waktunya Loren menyuruh para tawanan keluar agar berdiri depan jendela-jendela balkon sembari tetap todongkan senapan masing-masing. Mereka benar-benar terlihat macam perampok sungguhan sekarang. Dengan memblokir jalan masuk para militer melalui tali gantung yang mengarah ke balkon, alhasil tak dapat dilewati jikalau ada jejeran sandera di sana.
Kolonel yang tak peduli dengan balkon. Pun melancarkan pengoperasian awal dengan cara mendobrak pintu utama bank. Sehingga pasukan militer kepercayaan negara yaitu unit lapis baja disuruh maju menghampiri pintu.
Bersama musuh yang semakin mendekati pintu utama bank, Amon berlari kencang ke depan. Sembari diteriaki Roger agar cepat menyerahkan bawaannya dari brankas. Tapi jelas Amon tak akan keluar atau ia bisa saja diketahui identitas diri oleh aparat kepolisian, sehingga ia menghampiri rekan-rekan kerja perampokan yang sudah Loren sewa. Salah satu dari mereka adalah Eddie. “Gue bakalan buka pintu, dan lo keluar, angkat tangan pake kotak ini.” Amon berkata cepat sembari hasta menyodorkan dua kotak merah itu.
Tak sesuai kesepakatan jua ekpektasi Amon. Kepala Eddie menggeleng, ia menolak tugas tersebut. “Apa itu yang direncanakan? Aku tidak mau melakukannya.”
Roger yang jelas-jelas mendengar ucapan mereka, berteriak langsung di belakang Eddie. “Hoi Ed! Gua suruh lu keluar sekarang juga, ya, sinting! Atau gua potong tiga jari lu nanti.”
Eddie tetap kukuh menggeleng. Tak mau menuruti perintah Roger bersama Amon. “Loren menyuruhku untuk jangan bergerak dari posisi.” Ia mengatakannya sambil lempar senyum manis yang membuat Roger muak. Tolong siapapun ingatkan dia agar memukul wajah mulus Eddie setelah rencana ini.
Paham jikalau tidak ada waktu lagi untuk berdebat. Amon terpaksa pergi keluar dari sana. Bawa dua kotak berwarna merah di hasta kirinya, lalu membuka pintu. Lewati pintu utama bank. Meskipun ia bisa saja dihukum akibat tindakan tersebut dapat membocorkan identitas diri, Amon rela dalam hadapi konsekuensi. Demi menghalang penyerangan agar anggota komplotan mereka tidak ada yang terluka dan rencana bisa berjalan lancar, Amon akan melakukan itu.
Bersama bendera putih tanda menyerah di hasta kiri, Amon keluar dengan berjalan cepat. Masyarakat massa jelas bingung akan hal apa yang sedang dilakukan Amon. Dan mereka bertanya-tanya apa yang ia bawa. Seketika Amon terdiam setelah angkat tinggi-tinggi bendera putih pada genggamannya. Teriakan para demonstran menjadi senyap, angin siang hari itu terdengar sunyi kala semua pasang mata memandangi Amon bingung. Senjata berbahaya dengan macam-macam jenis telah mengarah pada raganya. Mereka menunggu perintah menembak dari Kolonel Ishwar, kini ia melototi presensi Amon melalui layar atas kaget tak berkesudahan menghampiri jiwa.
Sebab negara mungkin bisa terima jikalau mereka harus menurunkan pasukan ke jalan. Negara bisa mengizinkanmu pergi ke gedung Cadangan Nasional dan mencuri emas, tapi ada satu hal yang mereka tak bisa biarkan sesuatu terjadi. Negara melarang masyarakat mengetahui rahasia mereka. Jadi jika Amon keluarkan kotak merah itu dan mereka dapat melihatnya, lawan dapat langsung menyadari apa yang para perampok miliki.
Jumlahnya 24 kotak, di sana mereka simpan sebuah rahasia besar. Isian gelap mengenai Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Intelijen, cara mereka gunakan Dana Cadangan dan bahkan rahasia kotor negara. Semua hal yang sistem tak bisa izinkan untuk tersebar ke ranah publik, atau mereka dapat terpuruk pada tempat di mana rahasia itu mereka sembunyikan.
Amon mengakhiri aksinya dengan melempar dua kotak merah tersebut hingga terbentur di tanah, mengakibatkan benda itu terbuka lalu kertasnya berceceran terbang kemana-mana memenuhi pelataran. Kolonel Ishwar nampak belingsatan, rencana para anggota komplotan memang pada luar jangkauan. Ekspektasinya Kolonel Ishwar tak sampai setinggi langit.
Mereka pasti berpikir ada informasi besar. Mereka lihat pasukan militer kepercayaan pemerintah Las Vegas menghentikan serangan melawan sembilan penjahat. Tapi seperti dalam permainan catur, rencana Loren mengubah semua kemungkinan. Satu langkah, kini merekalah yang ada di bawah ancaman skakmat, berusaha melawan raja dan institusi pemerintah. Isi 24 kotak itu butuh kurang dari sejam bisa mencapai pasukan para hacker kepercayaan Loren. Kumpulan peretas di bawah naungan Suargaloka yang berhasil langsung membuka satu akun berupa surel aman melalui satelit buram. Jika diterbitkan informasi itu, mereka akan mati. Mereka tahu itu. Isi kotak bisa hancurkan pemerintahan ini.
Amon selamat tanpa diserang oleh apapun sehingga ia berhasil masuk bank kembali. Pasukan unit lapis baja dipukul mundur, dengan alasan menghormati bendera putih. Mereka pun menghentikan pengoperasian serangan atas komando Kolonel Ishwar. Bahkan Helikopter tempur kembali ke markas, sorakan dari massa mengapresiasi tindakan anggota perampokan sampai semangat ikut bangun tertanam dalam hati. Rencana Loren benar-benar berjalan lancar. Setelah itu, para sandera dipersilahkan ikut masuk juga lalu bersiap menjalankan rencana-rencana lain.
—
BERSAMBUNG.
Keren keren banget
BalasHapus